KIM Suara Kranggan Menuju Masyarakat yang Informatif Maju, Sejahtera dan bermoral

Rabu, 20 September 2017

JEJAK MASA KECIL SANG PROKLAMATOR DI KOTA MOJOKERTO


Jejak sejarah sang Proklamator Indonesia,Soekarno masih berbekas di MojokertoSemasa kecil,Koesno Sosrodiharjo yang kemudian berganti nama menjadi "Soekarno"pernah mengenyam pendidikan di Mojokerto.Meski dikenal cerdas,tapi dia pernah tinggal kelas saat duduk di sekolah dasar.Seperti yang diungkapkan Ayuhanafiq,sejarahwan asal MojokertoPada awalnya Soekarno masuk sekolah dasar di Tulungagung.Tetapi tidak lama kemudian,karena tugas dari bapaknya,Soekemi Sosrodiharjo,sebagai guru diInlandshe Scool yang kini menjadi SDN Purwotengah Inlandshe Scool juga biasa dikenal pula dengan Sekolah Ongko Loro.Sebutan itu mengacu pada peruntukannya yang manampung anak-anak pribumi warga kelas dua "Soekarno akhirnya masuk menjadi siswa sekolah pribumi ini "ulasnya.Di sekolah yang memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar itu Soekemi berkedudukan selaku mantri guru,Jabatan setara dengan kepala sekolah yang tidak boleh didudukinya.Pasalnya hanya orang berkebangsaan Belanda atau Eropa yang bisa menjadi kepala sekolah.Pak Yuhan menjelaskan Soerkarno merasakan pergaulan yang menyenangkan bersama kawan- kawan sesama pribumi.Namun pemikiran orang tuanya yang menginginkan Soekarno bisa melanjutkan ke sekolah lebih tinggi lagi menyebabkan dia pindah ke sekolah Eropa di Mojokerto.Dia menjabarkan,pada masa itu memang ada beberapa jenis sekolah sesuai dengan segmen siswa.ada sekolah Tionghoa,madrasah untuk pribumi muslim dan juga terdapat sekolah untuk keturunan Eropa yang dinamakan Europesche Lerge Scool(ELS)atau yang sekarang menjadi SMP Negeri 2
Mojokerto.ELS hanya menerima murid yang berasal dari orang Eropa dan keturunan priyanyi.Soekarno menyebutkan bila dirinya bisa masuk ke ELS bukan karena dia dinilai pandai,namun ada koneksi dengan Kepala Inlandshe Scool."Kemudian ayahnya minta agar kepala sekolah itu membantu memasukkan Soekarno ke ELS"paparnya.Akhirnya pada juni 1911,Soekarno dipindahkan ke ELS.Berbeda dengan sekolah pribumi yang dnidingnya terbuat dari bambu,tetapi dinding ELS sudah terbuat dari kayu.Meja dan kursi juga berbahan kayu,sedangkan sekolah pribumi duduk di bangku bambu.Meja belajar dilengkapi dengan tempat meletakkan tinta,ada pula laci untuk menaruh buku.ELS memang menggunakan standar pendidikan Belanda sesuai dengan murid yang dididik disana.Bahasa penghantar menggunakan bahasa Belanda karena salah satu tujuan ELS untuk mencetak pegawai pemerintahan Hindia Belanda.Kemampuan baca tulis bahasa Belanda menjadi salah satu acuan utama.Lulusan ELS boleh melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya.Bisa juga langsung bekerja sebagai tenaga juru tulis rendah di kantor pemerintahan."Pendek kata ELS adalah pintu gerbang ke masa depan yang lebih baik"kata Yuhan.Namun dengan iklim sekolah yang demikian ternyata membuat Soekarno tidak bahagia,dia terpaksa berpisah dengan sebaya yang sudah menganggap Soekarno sebagai pemimpin saat bermain,dia sedih sebab merasakan diskriminasi di ELS.Kerap kali dia berkonflik dengan siswa lain keturunan Eropa yang merendahkan dia sebagai anak inlander.Tidak jarang dia menerima perlakuan kasar dari murid Eropa.Yuhan menegaskan perjalanan pendidikan sang Proklamator di Mojokerto juga disebutkan dalam buku bung Karno"Penyambung Lidah Rakyat"semasa kecil dia bersekolah di Inlandshe Scool sebelum pindah ELS.(Dikutip Radar Mojokerto 13 September 2017)..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar