Jejak sejarah sang Proklamator Indonesia,Soekarno masih berbekas di MojokertoSemasa kecil,Koesno Sosrodiharjo yang kemudian berganti nama menjadi
"Soekarno"pernah mengenyam pendidikan di Mojokerto.Meski dikenal
cerdas,tapi dia pernah tinggal kelas saat duduk di sekolah dasar.Seperti
yang diungkapkan Ayuhanafiq,sejarahwan asal MojokertoPada awalnya Soekarno masuk sekolah dasar di Tulungagung.Tetapi tidak
lama kemudian,karena tugas dari bapaknya,Soekemi Sosrodiharjo,sebagai
guru diInlandshe Scool yang kini menjadi SDN Purwotengah Inlandshe Scool juga
biasa dikenal pula dengan Sekolah Ongko Loro.Sebutan itu mengacu pada
peruntukannya yang manampung anak-anak pribumi warga kelas dua "Soekarno
akhirnya masuk menjadi siswa sekolah pribumi ini "ulasnya.Di sekolah
yang memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar itu Soekemi
berkedudukan selaku mantri guru,Jabatan setara dengan kepala sekolah
yang tidak boleh didudukinya.Pasalnya hanya orang berkebangsaan Belanda
atau Eropa yang bisa menjadi kepala sekolah.Pak Yuhan menjelaskan
Soerkarno merasakan pergaulan yang menyenangkan bersama kawan- kawan
sesama pribumi.Namun pemikiran orang tuanya yang menginginkan Soekarno
bisa melanjutkan ke sekolah lebih tinggi lagi menyebabkan dia pindah ke
sekolah Eropa di Mojokerto.Dia menjabarkan,pada masa itu memang ada
beberapa jenis sekolah sesuai dengan segmen siswa.ada sekolah
Tionghoa,madrasah untuk pribumi muslim dan juga terdapat sekolah untuk
keturunan Eropa yang dinamakan Europesche Lerge Scool(ELS)atau
yang sekarang menjadi SMP Negeri 2
Mojokerto.ELS hanya menerima murid
yang berasal dari orang Eropa dan keturunan priyanyi.Soekarno
menyebutkan bila dirinya bisa masuk ke ELS bukan karena dia dinilai
pandai,namun ada koneksi dengan Kepala Inlandshe Scool."Kemudian
ayahnya minta agar kepala sekolah itu membantu memasukkan Soekarno ke
ELS"paparnya.Akhirnya pada juni 1911,Soekarno dipindahkan ke ELS.Berbeda
dengan sekolah pribumi yang dnidingnya terbuat dari bambu,tetapi
dinding ELS sudah terbuat dari kayu.Meja dan kursi juga berbahan
kayu,sedangkan sekolah pribumi duduk di bangku bambu.Meja belajar
dilengkapi dengan tempat meletakkan tinta,ada pula laci untuk menaruh
buku.ELS memang menggunakan standar pendidikan Belanda sesuai dengan
murid yang dididik disana.Bahasa penghantar menggunakan bahasa Belanda
karena salah satu tujuan ELS untuk mencetak pegawai pemerintahan Hindia
Belanda.Kemampuan baca tulis bahasa Belanda menjadi salah satu acuan
utama.Lulusan ELS boleh melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya.Bisa
juga langsung bekerja sebagai tenaga juru tulis rendah di kantor
pemerintahan."Pendek kata ELS adalah pintu gerbang ke masa depan yang
lebih baik"kata Yuhan.Namun dengan iklim sekolah yang demikian ternyata
membuat Soekarno tidak bahagia,dia terpaksa berpisah dengan sebaya yang
sudah menganggap Soekarno sebagai pemimpin saat bermain,dia sedih sebab
merasakan diskriminasi di ELS.Kerap kali dia berkonflik dengan siswa
lain keturunan Eropa yang merendahkan dia sebagai anak inlander.Tidak
jarang dia menerima perlakuan kasar dari murid Eropa.Yuhan menegaskan
perjalanan pendidikan sang Proklamator di Mojokerto juga disebutkan
dalam buku bung Karno"Penyambung Lidah Rakyat"semasa kecil dia
bersekolah di Inlandshe Scool sebelum pindah ELS.(Dikutip Radar
Mojokerto 13 September 2017)..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar